Saat ini brp usia kita,sudah cukup lama kita hidup di dunia ini tapi apakah kehidupan kita ini benar-benar berarti, waktu terus berlalu, kesedihan dan kegembiraan silih berganti terkadang sulit untuk dimengerti namun inilah kenyataan hidup yang mesti kita lalui.
jadilah orang yang bijaksana dalam menjalni hidup ini,setiap tindakan dan waktu yang kita lewati semoga lebih berarti.
Senin, 02 Juni 2008
Jumat, 30 Mei 2008
kisah mengharukan
isi blog hari ini adalah cerita yang benar-benar mengharukan.....
bacalah cerita ini dan kirimkan ke semua orang agar semua orang bisa mencintai ibu mereka dengan sepenuh hati.
Suatu saat ibu saya mengajak saya untuk berbelanja bersamanya karena
dia membutuhkan sebuah gaun yang baru. Saya sebenarnya tidak suka pergi
berbelanja bersama dengan orang lain, dan saya bukanlah orang yang
sabar,
tetapi walaupun demikian kami berangkat juga ke pusat perbelanjaan
tersebut.
Kami mengunjungi setiap toko yang menyediakan gaun wanita, dan ibu saya
mencoba gaun demi gaun dan mengembalikan semuanya. Seiring hari yang
berlalu, saya mulai lelah dan ibu saya mulai frustasi. Akhirnya pada
toko
terakhir yang kami kunjungi, ibu saya mencoba satu stel gaun biru yang
cantik terdiri dari tiga helai. Pada blusnya terdapat sejenis tali di
bagian tepi lehernya, dan karena ketidaksabaran saya, maka untuk kali
ini
saya ikut masuk dan berdiri bersama ibu saya dalam ruang ganti pakaian,
saya melihat bagaimana ia mencoba pakaian tersebut, dan dengan susah
mencoba untuk mengikat talinya. Ternyata, tangan-tangannya sudah mulai
dilumpuhkan oleh penyakit radang sendi dan sebab itu dia tidak dapat
melakukannya, seketika ketidak sabaran saya digantikan oleh suatu rasa
kasihan yang dalamkepadanya. Saya berbalik pergi dan mencoba
menyembunyikan
air mata yang keluar tanpa saya sadari. Setelah saya mendapatkan
ketenangan
lagi, saya kembali masuk ke kamar ganti untuk mengikatkan tali gaun
tersebut. Pakaian ini begitu indah,dan dia membelinya. Perjalanan
belanja
kami telah berakhir, tetapi kejadian tersebut terukir dan tidak dapat
terlupakan dari ingatan saya.
Sepanjang sisa hari itu, pikiran saya tetap saja kembali pada saat
berada
di dalam ruang ganti pakaian tersebut dan terbayang tangan ibu saya
yang
sedang berusaha mengikat tali blusnya. Kedua tangan yang penuh dengan
kasih, yang pernah menyuapi saya, memandikan saya, memakaikan baju,
membelai dan memeluk saya, dan terlebih dari semuanya, berdoa untuk
saya,
sekarang tangan itu telah menyentuh hati saya dengan cara yang paling
membekas dalam hati saya. Kemudian pada sore harinya, saya pergi ke
kamar
ibu saya, meng ambil tangannya, menciumnya ... dan yang membuatnya
terkejut,memberitahukannya bahwa bagi saya kedua tangan tersebut adalah
tangan yang paling indah di dunia ini. Saya sangat bersyukur bahwa
Tuhan
telah membuat saya dapat melihat dengan mata baru, betapa bernilai dan
berharganya kasih sayang yang penuh pengorbanan dari seorang ibu. Saya
hanya dapat berdoa bahwa suatu hari kelak tangan saya dan hati saya
akan
memiliki keindahannya tersendiri.
Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu
agung,
tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ibu... With
Love
to All Mother " JIKA KAMU MENCINTAI IBU MU KIRIMLAH CERITA INI KEPADA
ORANG
LAIN, AGAR SELURUH ORANG DIDUNIA INI DAPAT MENCINTAI DAN MENYAYANGI
IBUNYA
". Note: Berbahagialah yang masih memiliki Ibu. Dan lakukanlah yang
terbaik
untuknya...........
" Lakukanlah yang Terindah dan Terbaik yang Anda dapat persembahkan
Untuknya "
bacalah cerita ini dan kirimkan ke semua orang agar semua orang bisa mencintai ibu mereka dengan sepenuh hati.
Suatu saat ibu saya mengajak saya untuk berbelanja bersamanya karena
dia membutuhkan sebuah gaun yang baru. Saya sebenarnya tidak suka pergi
berbelanja bersama dengan orang lain, dan saya bukanlah orang yang
sabar,
tetapi walaupun demikian kami berangkat juga ke pusat perbelanjaan
tersebut.
Kami mengunjungi setiap toko yang menyediakan gaun wanita, dan ibu saya
mencoba gaun demi gaun dan mengembalikan semuanya. Seiring hari yang
berlalu, saya mulai lelah dan ibu saya mulai frustasi. Akhirnya pada
toko
terakhir yang kami kunjungi, ibu saya mencoba satu stel gaun biru yang
cantik terdiri dari tiga helai. Pada blusnya terdapat sejenis tali di
bagian tepi lehernya, dan karena ketidaksabaran saya, maka untuk kali
ini
saya ikut masuk dan berdiri bersama ibu saya dalam ruang ganti pakaian,
saya melihat bagaimana ia mencoba pakaian tersebut, dan dengan susah
mencoba untuk mengikat talinya. Ternyata, tangan-tangannya sudah mulai
dilumpuhkan oleh penyakit radang sendi dan sebab itu dia tidak dapat
melakukannya, seketika ketidak sabaran saya digantikan oleh suatu rasa
kasihan yang dalamkepadanya. Saya berbalik pergi dan mencoba
menyembunyikan
air mata yang keluar tanpa saya sadari. Setelah saya mendapatkan
ketenangan
lagi, saya kembali masuk ke kamar ganti untuk mengikatkan tali gaun
tersebut. Pakaian ini begitu indah,dan dia membelinya. Perjalanan
belanja
kami telah berakhir, tetapi kejadian tersebut terukir dan tidak dapat
terlupakan dari ingatan saya.
Sepanjang sisa hari itu, pikiran saya tetap saja kembali pada saat
berada
di dalam ruang ganti pakaian tersebut dan terbayang tangan ibu saya
yang
sedang berusaha mengikat tali blusnya. Kedua tangan yang penuh dengan
kasih, yang pernah menyuapi saya, memandikan saya, memakaikan baju,
membelai dan memeluk saya, dan terlebih dari semuanya, berdoa untuk
saya,
sekarang tangan itu telah menyentuh hati saya dengan cara yang paling
membekas dalam hati saya. Kemudian pada sore harinya, saya pergi ke
kamar
ibu saya, meng ambil tangannya, menciumnya ... dan yang membuatnya
terkejut,memberitahukannya bahwa bagi saya kedua tangan tersebut adalah
tangan yang paling indah di dunia ini. Saya sangat bersyukur bahwa
Tuhan
telah membuat saya dapat melihat dengan mata baru, betapa bernilai dan
berharganya kasih sayang yang penuh pengorbanan dari seorang ibu. Saya
hanya dapat berdoa bahwa suatu hari kelak tangan saya dan hati saya
akan
memiliki keindahannya tersendiri.
Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu
agung,
tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ibu... With
Love
to All Mother " JIKA KAMU MENCINTAI IBU MU KIRIMLAH CERITA INI KEPADA
ORANG
LAIN, AGAR SELURUH ORANG DIDUNIA INI DAPAT MENCINTAI DAN MENYAYANGI
IBUNYA
". Note: Berbahagialah yang masih memiliki Ibu. Dan lakukanlah yang
terbaik
untuknya...........
" Lakukanlah yang Terindah dan Terbaik yang Anda dapat persembahkan
Untuknya "
Rabu, 28 Mei 2008
Baca dan renungkan lah cerita ini
Renungkan lah cerita ini semoga akan bermanfaat untuk kita semua,akan membuat kita lebih akur dengan saudara2 kita.....
Banyak orang menangis mendengarkan cerita ini...
smoga kita bermanfaat.....!!!
Aku Menangis untuk Adikku 6 Kali
--------------------------------
Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang
sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku
membajak tanah kering kuning, dan punggung
mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai
seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.
Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang
mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya
membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci
ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat
adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan
sebuah tongkat bambu di tangannya.
"Siapa yang mencuri uang itu?"
Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk
berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun
mengaku, jadi Beliau mengatakan,
"Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!"
Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi.
Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan
berkata,
"Ayah, aku yang melakukannya!"
Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku
bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus
menerus mencambukinya sampai Beliau
kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas
ranjang batu bata kami dan memarahi,
"Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang,
hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di
masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai
mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"
Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam
pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia
tidak menitikkan air mata setetes pun.
Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai
menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku
dengan tangan kecilnya dan berkata,
"Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya
sudah terjadi."
Aku masih selalu membenci diriku karena tidak
memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku.
Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut
masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak
pernah akan lupa tampang adikku ketika ia
melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun.
Aku berusia 11.
Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di
SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat
kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima
untuk masuk ke sebuah universitas propinsi.
Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap
rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus.
Saya mendengarnya memberengut,
"Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu
baik...hasil yang begitu baik..."
Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan
menghela nafas,
"Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa
membiayai keduanya sekaligus?"
Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan
ayah dan berkata,
"Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi,
telah cukup membaca banyak buku."
Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku
pada wajahnya.
"Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat
lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis
di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua
sampai selesai!"
Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di
dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan
tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku
yang membengkak, dan berkata,
"Seorang anak laki-laki harus meneruskan
sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah
meninggalkan jurang kemiskinan ini."
Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi
meneruskan ke universitas.
Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh
datang, adikku meninggalkan rumah dengan
beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang
yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping
ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas
bantalku:
"Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya
akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."
Aku memegang kertas tersebut di atas tempat
tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran
sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17
tahun. Aku 20.
Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun,
dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut
semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku
akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas).
Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika
teman sekamarku masuk dan memberitahukan,
"Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar
sana!"
Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku?
Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh,
seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan
pasir. Aku menanyakannya,
"Mengapa kamu tidak bilang pada teman
sekamarku kamu adalah adikku?"
Dia menjawab, tersenyum,
"Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan
mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu?
Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"
Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi
mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku
semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku,
"Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu
adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku
bagaimana pun penampilanmu..."
Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut
berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku,
dan terus menjelaskan,
"Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi
saya pikir kamu juga harus memiliki satu."
Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi.
Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan
menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20.
Aku 23.
Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca
jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih
di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari
seperti gadis kecil di depan ibuku.
"Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak
waktu untuk membersihkan rumah kita!"
Tetapi katanya, sambil tersenyum,
"Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk
membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat
luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang
kaca jendela baru itu.."
Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat
mukanya yang kurus, seratus jarum terasa
menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada
lukanya dan mebalut lukanya.
"Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya.
"Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja
di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada
kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak
menghentikanku bekerja dan..."
Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan
tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir
deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23.
Aku berusia 26.
Ketika aku menikah, aku tinggal di kota.
Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang
tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi
mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan,
sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu
harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga,
mengatakan,
"Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu
dan ayah di sini."
Suamiku menjadi direktur pabriknya.
Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan
sebagai manajer pada departemen pemeliharaan.
Tetapi adikku menolak tawaran tersebut.
Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja
reparasi.
Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk
memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat
sengatan listrik, dan masuk rumah sakit.
Suamiku dan aku pergi menjenguknya.
Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu,
"Mengapa kamu menolak menjadi manajer?
Manajer tidak akan pernah harus melakukan
sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu
sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu
tidak mau mendengar kami sebelumnya?"
Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia
membela keputusannya.
"Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan
saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi
manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan
dikirimkan?"
Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian
keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah:
"Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"
"Mengapa membicarakan masa lalu?"
Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia
berusia 26 dan aku 29.
Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi
seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara
pernikahannya, pembawa acara perayaan itu
bertanya kepadanya,
"Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?"
Tanpa bahkan berpikir ia menjawab,
"Kakakku."
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah
kisah yang bahkan tidak dapat kuingat.
"Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada
dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya
berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan
pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu
dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu
dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan
berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah,
tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang
begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang
sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama
saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan
baik kepadanya."
Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu
memalingkan perhatiannya kepadaku.
Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku,
"Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima
kasih adalah adikku."
Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini,
di depan kerumunan perayaan ini, air mata
bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.
Diterjemahkan dari : "I cried for my brother six
times"
Banyak orang menangis mendengarkan cerita ini...
smoga kita bermanfaat.....!!!
Aku Menangis untuk Adikku 6 Kali
--------------------------------
Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang
sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku
membajak tanah kering kuning, dan punggung
mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai
seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.
Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang
mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya
membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci
ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat
adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan
sebuah tongkat bambu di tangannya.
"Siapa yang mencuri uang itu?"
Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk
berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun
mengaku, jadi Beliau mengatakan,
"Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!"
Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi.
Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan
berkata,
"Ayah, aku yang melakukannya!"
Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku
bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus
menerus mencambukinya sampai Beliau
kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas
ranjang batu bata kami dan memarahi,
"Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang,
hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di
masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai
mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"
Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam
pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia
tidak menitikkan air mata setetes pun.
Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai
menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku
dengan tangan kecilnya dan berkata,
"Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya
sudah terjadi."
Aku masih selalu membenci diriku karena tidak
memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku.
Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut
masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak
pernah akan lupa tampang adikku ketika ia
melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun.
Aku berusia 11.
Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di
SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat
kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima
untuk masuk ke sebuah universitas propinsi.
Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap
rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus.
Saya mendengarnya memberengut,
"Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu
baik...hasil yang begitu baik..."
Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan
menghela nafas,
"Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa
membiayai keduanya sekaligus?"
Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan
ayah dan berkata,
"Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi,
telah cukup membaca banyak buku."
Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku
pada wajahnya.
"Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat
lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis
di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua
sampai selesai!"
Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di
dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan
tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku
yang membengkak, dan berkata,
"Seorang anak laki-laki harus meneruskan
sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah
meninggalkan jurang kemiskinan ini."
Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi
meneruskan ke universitas.
Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh
datang, adikku meninggalkan rumah dengan
beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang
yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping
ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas
bantalku:
"Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya
akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."
Aku memegang kertas tersebut di atas tempat
tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran
sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17
tahun. Aku 20.
Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun,
dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut
semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku
akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas).
Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika
teman sekamarku masuk dan memberitahukan,
"Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar
sana!"
Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku?
Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh,
seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan
pasir. Aku menanyakannya,
"Mengapa kamu tidak bilang pada teman
sekamarku kamu adalah adikku?"
Dia menjawab, tersenyum,
"Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan
mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu?
Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"
Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi
mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku
semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku,
"Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu
adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku
bagaimana pun penampilanmu..."
Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut
berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku,
dan terus menjelaskan,
"Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi
saya pikir kamu juga harus memiliki satu."
Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi.
Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan
menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20.
Aku 23.
Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca
jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih
di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari
seperti gadis kecil di depan ibuku.
"Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak
waktu untuk membersihkan rumah kita!"
Tetapi katanya, sambil tersenyum,
"Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk
membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat
luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang
kaca jendela baru itu.."
Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat
mukanya yang kurus, seratus jarum terasa
menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada
lukanya dan mebalut lukanya.
"Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya.
"Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja
di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada
kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak
menghentikanku bekerja dan..."
Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan
tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir
deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23.
Aku berusia 26.
Ketika aku menikah, aku tinggal di kota.
Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang
tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi
mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan,
sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu
harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga,
mengatakan,
"Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu
dan ayah di sini."
Suamiku menjadi direktur pabriknya.
Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan
sebagai manajer pada departemen pemeliharaan.
Tetapi adikku menolak tawaran tersebut.
Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja
reparasi.
Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk
memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat
sengatan listrik, dan masuk rumah sakit.
Suamiku dan aku pergi menjenguknya.
Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu,
"Mengapa kamu menolak menjadi manajer?
Manajer tidak akan pernah harus melakukan
sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu
sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu
tidak mau mendengar kami sebelumnya?"
Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia
membela keputusannya.
"Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan
saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi
manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan
dikirimkan?"
Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian
keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah:
"Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"
"Mengapa membicarakan masa lalu?"
Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia
berusia 26 dan aku 29.
Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi
seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara
pernikahannya, pembawa acara perayaan itu
bertanya kepadanya,
"Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?"
Tanpa bahkan berpikir ia menjawab,
"Kakakku."
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah
kisah yang bahkan tidak dapat kuingat.
"Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada
dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya
berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan
pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu
dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu
dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan
berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah,
tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang
begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang
sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama
saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan
baik kepadanya."
Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu
memalingkan perhatiannya kepadaku.
Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku,
"Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima
kasih adalah adikku."
Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini,
di depan kerumunan perayaan ini, air mata
bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.
Diterjemahkan dari : "I cried for my brother six
times"
Selasa, 27 Mei 2008
untuk direnungkan
Di dunia ini ada 4 hal yang
tidak bisa kita tarik kembali :
Anak panah yang lepas dari busurnya
Suatu kesempatan yang diabaikan
Kata yang telah diucapkan
Hidup yang telah dijalani
Kalaupun salah satu dapat ditarik
kembali , bagaimana mungkin Anda bisa
mengubahnya.
Di tanggal 22 Desember adalah peringatan Hari Ibu..
Sudahkah kita berpikir kita ingin membelikan hadiah
apa untuk mama kita yang ada di rumah?? Mama yang
dari kecil menjaga,mengasuh, merawat,melindungi kita sampai
kita dewasa.
Teman-teman dari bahan renungan di atas
ada banyak hal yang bisa kita ambil
makna di dalamnya..
Waktu tidak pernah menunggu kita, waktu juga
tidak pernah berhenti.. Waktu akan terus berjalan
tidak peduli apa yang akan, sedang, sudah kita lakukan..
Terkadang kita menjalani hidup tanpa kita sadari
bertahun-tahun sudah berlalu, dan saat kita sadar disaat itu
banyak hal yang telah kita lewatkan dan kemudian kita menyesal.
Kesempatan hanya datang 1 kali dalam kehidupan kita, saat kita
melewatkan kesempatan itu sengaja ataupun tidak sengaja.. Maaf sekali
semua sudah terlambat,kesempatan tidak akan datang lagi untuk kedua
kalinya.
Saat kita tidak menghargai waktu untuk
baik-baik berbakti kepada kedua orang tua kita
dan bahkan kita menggunakan kata-kata yang kasar
berbicara kepada mereka, melukai hati mereka.
Orang tua tetap saja sayang kepada kita dan tidak menyalahkan
kita masih memaklumi kita. Dan disaat kita melewati hari dengan
demikian , tanpa terasa pada suatu hari kita sadar bahwa selama ini
kita melakukan kesalahan dan kita ingin bertobat
Tapi sayang orang tua kita telah pergi meninggalkan kita untuk
selama-lamanya..
1 kesempatan untuk memanggil Papa atau Mama pun sudah tidak ada lagi..
1 yang akan kita rasakan … Sebuah penyesalan yang akan terus mengikat
dan mengikuti kita..
Oleh karena itu teman-teman jangan sampai penyesalan menghampiri
Kehidupan kita, sekarang adalah waktu yang sangat tepat selagi orang tua
kita masih ada pergunakanlah kesempatan baik ini untuk berbakti kepada kedua
orang tua agar tidak ada penyesalan dalam diri kita.
tidak bisa kita tarik kembali :
Anak panah yang lepas dari busurnya
Suatu kesempatan yang diabaikan
Kata yang telah diucapkan
Hidup yang telah dijalani
Kalaupun salah satu dapat ditarik
kembali , bagaimana mungkin Anda bisa
mengubahnya.
Di tanggal 22 Desember adalah peringatan Hari Ibu..
Sudahkah kita berpikir kita ingin membelikan hadiah
apa untuk mama kita yang ada di rumah?? Mama yang
dari kecil menjaga,mengasuh, merawat,melindungi kita sampai
kita dewasa.
Teman-teman dari bahan renungan di atas
ada banyak hal yang bisa kita ambil
makna di dalamnya..
Waktu tidak pernah menunggu kita, waktu juga
tidak pernah berhenti.. Waktu akan terus berjalan
tidak peduli apa yang akan, sedang, sudah kita lakukan..
Terkadang kita menjalani hidup tanpa kita sadari
bertahun-tahun sudah berlalu, dan saat kita sadar disaat itu
banyak hal yang telah kita lewatkan dan kemudian kita menyesal.
Kesempatan hanya datang 1 kali dalam kehidupan kita, saat kita
melewatkan kesempatan itu sengaja ataupun tidak sengaja.. Maaf sekali
semua sudah terlambat,kesempatan tidak akan datang lagi untuk kedua
kalinya.
Saat kita tidak menghargai waktu untuk
baik-baik berbakti kepada kedua orang tua kita
dan bahkan kita menggunakan kata-kata yang kasar
berbicara kepada mereka, melukai hati mereka.
Orang tua tetap saja sayang kepada kita dan tidak menyalahkan
kita masih memaklumi kita. Dan disaat kita melewati hari dengan
demikian , tanpa terasa pada suatu hari kita sadar bahwa selama ini
kita melakukan kesalahan dan kita ingin bertobat
Tapi sayang orang tua kita telah pergi meninggalkan kita untuk
selama-lamanya..
1 kesempatan untuk memanggil Papa atau Mama pun sudah tidak ada lagi..
1 yang akan kita rasakan … Sebuah penyesalan yang akan terus mengikat
dan mengikuti kita..
Oleh karena itu teman-teman jangan sampai penyesalan menghampiri
Kehidupan kita, sekarang adalah waktu yang sangat tepat selagi orang tua
kita masih ada pergunakanlah kesempatan baik ini untuk berbakti kepada kedua
orang tua agar tidak ada penyesalan dalam diri kita.
Senin, 26 Mei 2008
pelajari dan raihlah sukses anda....
Proses Sukses....
Seorang pemuda suatu hari bercita-cita menjadi seorang ahli pidato yang
handal. Cita-citanya ini membuat ia menjadi sangat bersemangat dalam
belajar. Meski ia bukan termasuk orang yang banyak menerima
pendidikan formal, ia tetap rajin membaca buku-buku bermutu dan
bertanya kepada orang yang dianggapnya lebih ahli. Ia juga sangat
gemar berkunjung ke berbagai perpustakaan di kotanya untuk meminjam
buku dan membacanya.
Cita-cita untuk menjadi ahli pidato handal juga membuatnya rajin
mendengarkan pidato orang lain. Dikisahkan pada suatu malam ia pernah
berjalan kaki sekitar 30 kilometer hanya untuk mendengarkan sebuah
pidato. Saat tengah malam, dalam perjalanan pulang, ia menyusun
kembali intisari pidato tadi. Intisati ini kemudian dijadikannya
bahan untuk berlatih.
Untuk mengembangkan teknik dan daya tarik pidatonya, pemuda ini juga
mengikuti sejumlah kursus dan seminar. Dia juga tekun dalam berlatih
dan senantiasa berupaya memperbaiki kesalahan-kesalahannya. Bertahun-
tahun kemudian ia menjadi seorang negarawan sekaligus ahli pidato
yang terkenal. Tahukah Anda siapa orangnya? Ia adalah Abraham
Lincoln, seorang presiden Amerika yang luar biasa dan namanya
dikenang sepanjang masa.
Dari kisah sederhana ini, kita setidaknya bisa menarik beberapa
pelajaran berharga. Pertama, kesuksesan bukanlah suatu kebetulan.
Kita tidak bisa tiba-tiba bangun di pagi hari dengan keadaan yang
tiba-tiba saja sesuai dengan cita-cita kita. Hidup bukanlah sebuah
pertunjukan sulap! Emerson benar ketika berkata, "Masa depan adalah
milik mereka yang mempersiapkan diri baginya." Kita harus melakukan
sesuatu untuk menggapai masa depan yang lebih baik.
Pelajaran kedua, kesuksesan membutuhkan sebuah proses. Sayangnya,
banyak orang yang ingin menggapai kesuksesan namun tidak mau
menjalani proses yang ada. Kehidupan modern yang serba instant
terkadang membuat kita lupa bahwa segala sesuatu membutuhkan proses.
Mana mungkin kita dapat menikmati buah durian yang lezat sehari
setelah kita menanam bijinya? Bukankah kita harus memupuk, menyiram
serta merawatnya dengan baik sehingga biji tersebut dapat tumbuh
menjadi pohon dan berbuah lebat?
Orang bijak kerap mengatakan kalau sukses adalah sebuah perjalanan
(success is a journey). Ibarat orang yang selalu bersemangat menaiki
satu per satu anak tangga yang ada, kita harus bersedia melalui
tahapan-tahapan tersebut dengan sabar.
Pelajaran ketiga yang dapat kita tarik dari kisah di atas adalah
sukses membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Pepatah mengatakan,
tidak ada kesuksesan tanpa pengorbanan. Itu tepat! Tetapi, berapa
banyak dari kita yang sungguh menerapkan prinsip ini dalam hidup
kita?
Pengorbanan itu bisa saja berupa waktu, uang, tenaga, perasaan, dan
sebagainya. Orang-orang sukses senantiasa mengisi waktu mereka dengan
kegiatan yang semakin mendekatkan mereka kepada impian mereka.
Sementara teman-teman Lincoln sedang asyik bermain atau pacaran, ia
telah larut dalam kegiatan latihan, mengikuti kursus berpidato atau
membaca buku-buku bermutu.
Dalam berbagai kesempatan saya sering mengatakan, jika Anda mau
melakukan apa yang tidak mau dilakukan orang lain, tentu Anda bisa
memperoleh apa yang tidak diperoleh orang lain. Orang-orang sukses
bukanlah manusia super. Mereka hanyalah orang yang mau melakukan
sesuatu sementara orang lain menolaknya.
Orang-orang sukses juga berkorban dalam hal keuangan. Sementara para
pemuda sebaya Lincoln menghabiskan uang untuk berfoya-foya, Lincoln
memanfaatkan dananya yang terbatas itu untuk membeli buku dan
mengikuti kursus berpidato. Ia sepenuhnya sadar kalau uang
dikeluarkannya adalah sebuah investasi demi membangun masa depannya.
Pengorbanan lain misalnya adalah dalam hal tenaga. Ada orang yang
menghabiskan energinya hanya untuk melakukan aktivitas yang
sesungguhnya tidak berguna, seperti melamun atau bermalas-malasan.
Itulah sebabnya Lincoln pernah berkata, "Things may come to those who
wait, but only the things left by those who hustle." Ya, banyak hal
yang bisa didapatkan oleh mereka yang kerjanya hanya menunggu, namun
hal-hal yang disisakan oleh mereka yang giat dalam bekerja.
Orang-orang sukses juga kerap harus berkorban dalam hal perasaan.
Mereka kerap harus kuat, tabah dan tahan mental menghadapi cercaan
dan penghinaan, termasuk dari orang-orang yang dekat dengan mereka.
Terkadang mungkin akan timbul rasa malu ketika bertemu dengan rekan-
rekan sebaya mereka yang sudah lebih dulu berhasil, namun rasa malu
itu tidak menyurutkan langkah mereka untuk terus berjuang. Mereka
senantiasa berpegang teguh pada harapan akan masa depan yang lebih
baik.
Perkenankanlah saya menutup jumpa kita dengan sebuah pesan dari hati
saya yang paling dalam. Kehidupan adalah sebuah sarana yang
disediakan Tuhan bagi Anda dan saya untuk meraih sesuatu yang berguna
bagi diri kita dan sesama serta terlebih-lebih untuk memuliakan nama-
Nya di muka bumi ini. ***
Sumber: Proses Sukses oleh Paulus Winarto. Paulus Winarto adalah
pemegang dua Rekor Indonesia dari MURI (Museum Rekor Indonesia),
yakni sebagai pembicara seminar pertama yang berbicara dalam seminar
di angkasa dan penulis buku yang pertama kali bukunya diluncurkan di
angkasa.
Rasa syukur adalah yang terkecil dari segala kebajikan; tetapi sikap tidak bersyukur adalah yang terparah dari segala kejahatan. (Unknow)
Saya perbuat dengan cara yang terbaik yang saya ketahui, yang terbaik sebisa saya dan saya berniat terus seperti itu hingga akhir. (Abraham Lincoln)
Semua impian kita bisa menjadi kenyataan kalau kita berani mengejarnya. (Walt Disney)
Dibelakang setiap ide besar pasti ada seseorang yang mengatakan “ini tidak mungkin berhasil”.
(Unknow)
Setiap sukses yang saya kenal….
Dicapai karena orang yang meraihnya mampu menganalisa kekalahan
Dan memetik pelajaran darinya dalam upaya berikutnya.
(William Marston)
Kalau anda tegaskan hal-hal besar percayalah kepada hal-hal besar itu dan
Doakan hal-hal besar itu, maka akan terjadi hal-hal besar itu.
(Norman Vincent Peale)
Saya bersyukur kepada TUHAN atas cacat tubuh saya
Sebab melaluinya telah saya temukan diri sendiri, karya saya dan TUHAN saya.
(Helen Keller)
Saya tidak tahu bagaimana takdir anda nantinya, tetapi satu hal yang saya ketahui
Yang akan benar-benar bahagia diantara anda adalah mereka yang berupaya dan berhasil melayani. (Albert Schweitzer)
Ingatlah selalu bahwa tekad kita sendiri untuk meraih sukses adalah jauh lebih penting daripada apapun juga. (Abraham Lincoln)
Printed080208
Seorang pemuda suatu hari bercita-cita menjadi seorang ahli pidato yang
handal. Cita-citanya ini membuat ia menjadi sangat bersemangat dalam
belajar. Meski ia bukan termasuk orang yang banyak menerima
pendidikan formal, ia tetap rajin membaca buku-buku bermutu dan
bertanya kepada orang yang dianggapnya lebih ahli. Ia juga sangat
gemar berkunjung ke berbagai perpustakaan di kotanya untuk meminjam
buku dan membacanya.
Cita-cita untuk menjadi ahli pidato handal juga membuatnya rajin
mendengarkan pidato orang lain. Dikisahkan pada suatu malam ia pernah
berjalan kaki sekitar 30 kilometer hanya untuk mendengarkan sebuah
pidato. Saat tengah malam, dalam perjalanan pulang, ia menyusun
kembali intisari pidato tadi. Intisati ini kemudian dijadikannya
bahan untuk berlatih.
Untuk mengembangkan teknik dan daya tarik pidatonya, pemuda ini juga
mengikuti sejumlah kursus dan seminar. Dia juga tekun dalam berlatih
dan senantiasa berupaya memperbaiki kesalahan-kesalahannya. Bertahun-
tahun kemudian ia menjadi seorang negarawan sekaligus ahli pidato
yang terkenal. Tahukah Anda siapa orangnya? Ia adalah Abraham
Lincoln, seorang presiden Amerika yang luar biasa dan namanya
dikenang sepanjang masa.
Dari kisah sederhana ini, kita setidaknya bisa menarik beberapa
pelajaran berharga. Pertama, kesuksesan bukanlah suatu kebetulan.
Kita tidak bisa tiba-tiba bangun di pagi hari dengan keadaan yang
tiba-tiba saja sesuai dengan cita-cita kita. Hidup bukanlah sebuah
pertunjukan sulap! Emerson benar ketika berkata, "Masa depan adalah
milik mereka yang mempersiapkan diri baginya." Kita harus melakukan
sesuatu untuk menggapai masa depan yang lebih baik.
Pelajaran kedua, kesuksesan membutuhkan sebuah proses. Sayangnya,
banyak orang yang ingin menggapai kesuksesan namun tidak mau
menjalani proses yang ada. Kehidupan modern yang serba instant
terkadang membuat kita lupa bahwa segala sesuatu membutuhkan proses.
Mana mungkin kita dapat menikmati buah durian yang lezat sehari
setelah kita menanam bijinya? Bukankah kita harus memupuk, menyiram
serta merawatnya dengan baik sehingga biji tersebut dapat tumbuh
menjadi pohon dan berbuah lebat?
Orang bijak kerap mengatakan kalau sukses adalah sebuah perjalanan
(success is a journey). Ibarat orang yang selalu bersemangat menaiki
satu per satu anak tangga yang ada, kita harus bersedia melalui
tahapan-tahapan tersebut dengan sabar.
Pelajaran ketiga yang dapat kita tarik dari kisah di atas adalah
sukses membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Pepatah mengatakan,
tidak ada kesuksesan tanpa pengorbanan. Itu tepat! Tetapi, berapa
banyak dari kita yang sungguh menerapkan prinsip ini dalam hidup
kita?
Pengorbanan itu bisa saja berupa waktu, uang, tenaga, perasaan, dan
sebagainya. Orang-orang sukses senantiasa mengisi waktu mereka dengan
kegiatan yang semakin mendekatkan mereka kepada impian mereka.
Sementara teman-teman Lincoln sedang asyik bermain atau pacaran, ia
telah larut dalam kegiatan latihan, mengikuti kursus berpidato atau
membaca buku-buku bermutu.
Dalam berbagai kesempatan saya sering mengatakan, jika Anda mau
melakukan apa yang tidak mau dilakukan orang lain, tentu Anda bisa
memperoleh apa yang tidak diperoleh orang lain. Orang-orang sukses
bukanlah manusia super. Mereka hanyalah orang yang mau melakukan
sesuatu sementara orang lain menolaknya.
Orang-orang sukses juga berkorban dalam hal keuangan. Sementara para
pemuda sebaya Lincoln menghabiskan uang untuk berfoya-foya, Lincoln
memanfaatkan dananya yang terbatas itu untuk membeli buku dan
mengikuti kursus berpidato. Ia sepenuhnya sadar kalau uang
dikeluarkannya adalah sebuah investasi demi membangun masa depannya.
Pengorbanan lain misalnya adalah dalam hal tenaga. Ada orang yang
menghabiskan energinya hanya untuk melakukan aktivitas yang
sesungguhnya tidak berguna, seperti melamun atau bermalas-malasan.
Itulah sebabnya Lincoln pernah berkata, "Things may come to those who
wait, but only the things left by those who hustle." Ya, banyak hal
yang bisa didapatkan oleh mereka yang kerjanya hanya menunggu, namun
hal-hal yang disisakan oleh mereka yang giat dalam bekerja.
Orang-orang sukses juga kerap harus berkorban dalam hal perasaan.
Mereka kerap harus kuat, tabah dan tahan mental menghadapi cercaan
dan penghinaan, termasuk dari orang-orang yang dekat dengan mereka.
Terkadang mungkin akan timbul rasa malu ketika bertemu dengan rekan-
rekan sebaya mereka yang sudah lebih dulu berhasil, namun rasa malu
itu tidak menyurutkan langkah mereka untuk terus berjuang. Mereka
senantiasa berpegang teguh pada harapan akan masa depan yang lebih
baik.
Perkenankanlah saya menutup jumpa kita dengan sebuah pesan dari hati
saya yang paling dalam. Kehidupan adalah sebuah sarana yang
disediakan Tuhan bagi Anda dan saya untuk meraih sesuatu yang berguna
bagi diri kita dan sesama serta terlebih-lebih untuk memuliakan nama-
Nya di muka bumi ini. ***
Sumber: Proses Sukses oleh Paulus Winarto. Paulus Winarto adalah
pemegang dua Rekor Indonesia dari MURI (Museum Rekor Indonesia),
yakni sebagai pembicara seminar pertama yang berbicara dalam seminar
di angkasa dan penulis buku yang pertama kali bukunya diluncurkan di
angkasa.
Rasa syukur adalah yang terkecil dari segala kebajikan; tetapi sikap tidak bersyukur adalah yang terparah dari segala kejahatan. (Unknow)
Saya perbuat dengan cara yang terbaik yang saya ketahui, yang terbaik sebisa saya dan saya berniat terus seperti itu hingga akhir. (Abraham Lincoln)
Semua impian kita bisa menjadi kenyataan kalau kita berani mengejarnya. (Walt Disney)
Dibelakang setiap ide besar pasti ada seseorang yang mengatakan “ini tidak mungkin berhasil”.
(Unknow)
Setiap sukses yang saya kenal….
Dicapai karena orang yang meraihnya mampu menganalisa kekalahan
Dan memetik pelajaran darinya dalam upaya berikutnya.
(William Marston)
Kalau anda tegaskan hal-hal besar percayalah kepada hal-hal besar itu dan
Doakan hal-hal besar itu, maka akan terjadi hal-hal besar itu.
(Norman Vincent Peale)
Saya bersyukur kepada TUHAN atas cacat tubuh saya
Sebab melaluinya telah saya temukan diri sendiri, karya saya dan TUHAN saya.
(Helen Keller)
Saya tidak tahu bagaimana takdir anda nantinya, tetapi satu hal yang saya ketahui
Yang akan benar-benar bahagia diantara anda adalah mereka yang berupaya dan berhasil melayani. (Albert Schweitzer)
Ingatlah selalu bahwa tekad kita sendiri untuk meraih sukses adalah jauh lebih penting daripada apapun juga. (Abraham Lincoln)
Printed080208
Minggu, 25 Mei 2008
hargai setiap kemampuan yang anda miliki
teman taukah anda betapa berharganya diri anda,taukah anda tidak ada satupun orang didunia ini yang dapat menggantikan anda.
anda memiliki potensi yang luar biasa,apa bila anda berjuang untuk mewujudkan apa yang benar-benar anda impikan.
jangan pernah remehkan diri anda,karena anda adalah apa yang anda pikirkan.
sekali saja anda berpikir negatif dalam diri anda maka anda akan menjadi negatif,setiap pikiran kita mempengaruhi kita,untuk itu salah satu rahasia sukses dalam hidup adalah terus berpikir positif,jangan penuhi pikiran anda dengan pikiran negatif,anda memiliki apa yang orang lain tidak miliki,karena anda satu-satunya orang di dunia ini,tidak ada yang dapat menggantikan anda.
kembangakan setiap potensi yang ada dalam diri anda,jangan remehkan sekecil apapun potensi yang anda miliki,terus kembangkan dan berjuanglah untuk mewujudkan apa yang anda impikan.
tidak ada orang lain yang akan dengan sukarela mewujudkan impian anda, untuk itu bangun lah dari kelengahan,jangan malas lagi segeraah berjuang untuk masa depan dan impian anda,kembangkan potensi diri anda.
mulai dari pikiran positif dan kebiasaan-kebiasaan baik kembangkan lah kemampuan yang ada dalam diri anda.
tak ada satu pun orang di dunia ini yang boleh meremehkan kita,tunjukkanlah pada dunia bahwa anda adalah bagian dari dunia ini,dan posisi anda tidak dapat digantikan oleh orang lain.
anda memiliki potensi yang luar biasa,apa bila anda berjuang untuk mewujudkan apa yang benar-benar anda impikan.
jangan pernah remehkan diri anda,karena anda adalah apa yang anda pikirkan.
sekali saja anda berpikir negatif dalam diri anda maka anda akan menjadi negatif,setiap pikiran kita mempengaruhi kita,untuk itu salah satu rahasia sukses dalam hidup adalah terus berpikir positif,jangan penuhi pikiran anda dengan pikiran negatif,anda memiliki apa yang orang lain tidak miliki,karena anda satu-satunya orang di dunia ini,tidak ada yang dapat menggantikan anda.
kembangakan setiap potensi yang ada dalam diri anda,jangan remehkan sekecil apapun potensi yang anda miliki,terus kembangkan dan berjuanglah untuk mewujudkan apa yang anda impikan.
tidak ada orang lain yang akan dengan sukarela mewujudkan impian anda, untuk itu bangun lah dari kelengahan,jangan malas lagi segeraah berjuang untuk masa depan dan impian anda,kembangkan potensi diri anda.
mulai dari pikiran positif dan kebiasaan-kebiasaan baik kembangkan lah kemampuan yang ada dalam diri anda.
tak ada satu pun orang di dunia ini yang boleh meremehkan kita,tunjukkanlah pada dunia bahwa anda adalah bagian dari dunia ini,dan posisi anda tidak dapat digantikan oleh orang lain.
Jumat, 23 Mei 2008
Kata-kata Bijak Hari ini
Saya tidak ingin sukses tapi saya harus sukses,kata ini yang Aa,gym katakan,setiap orang ingin sukses,tapi bukan hanya sekedar keinginan,namun kita harus benar-benar menjadi orang yang sukses,karena sukses adalah hak kita.Tidak ada yang tidak mungkin dalah hidup ini yang terpenting adalah keinginan yang benar-benar kuat dan kita realisasikan dengan perjuangan yang pantang menyerah untuk meraih sukses yang kita ingin kan karena kita harus sukses.Perjuangan yang pantang menyerah akan membawa kita kepada sukses yang benar-benar kita impikan,semua hambatan, dan kegagalan hanyalah proses yang akan membawa kita kepada kesuksesan yang kita inginkan.ingat sukses adalah hak kita dan kita harus benar-benar menjadi orang yang sukses dalam hidup ini karena hidup harus penuh arti jadilah orang yang bijaksana dalam menghadapi semua tantangan dalam hidup ini.
by: yanto
by: yanto
Langganan:
Postingan (Atom)